Papa Kembalikan Tanganku...
Lisa adalah seorang gadis cilik berusia 5 tahun. Lisa adalah gadis yang
periang, lincah dan suka bermain. Namun, lisa tidak dapat bermain
bersama papa, mamanya karena mereka berdua terlalu sibuk.
Orang tua Lisa memulai keluarga mereka dalam keadaan minus dan oleh
karena itu mereka selalu bekerja keras membanting tulang dan hampir
tidak pernah di rumah, hingga akhirnya keluarga kecil ini beranjak
mapan. Setelah kehadiran Lisa di keluarga mereka, mereka semakin hari
semakin sibuk dan selalu pulang malam saat Lisa sudah tertidur.
Lisa selalu bermain ditemani pengasuhnya, mbak Mira.
Setiap pagi Lisa selalu memperhatikan sang papa membersihkan dan mencuci
mobil cadilac kesayangannya yang berwarna hijau metalik. Lisa senang
melihat papa membersihkan mobil itu, mobil itu terlihat berkilauan
diterpa cahaya mentari pagi hari. Setelah mencuci mobilnya papa
memasukkan mobil kesayangannya kembali ke garasi dan berangkat bekerja.
Suatu Pagi, Lisa duduk bersimpu di teras sambil melihat papa mencuci
mobil kesayangannya sementara pengasuhnya menyuapi Lisa bubur ayam
favoritnya.
Lisa tertawa geli melihat papa menyirami mobil itu dengan busa. Lisa
rindu untuk bermain dengan papanya, namun papa tidak pernah punya waktu
untuk Lisa.
Setelah memasukkan mobil ke garasi papa melangkah melewati Lisa dan masuk ke rumah bergegas untuk berangkat ke kantor.
Lisa sangat kesepian dan sangat merindukan kehadiran orang tuanya terutama Papa.
Malam itu, Lisa tidur ditemani oleh pengasuhnya setiap malam. Lisa
terbangun dan berjalan keluar kamarnya, "Papa! Mama!" Panggilnya sambil
mengucek-ngucek mata kanannya yang gatal. Tidak ada jawaban! "Papa!
Mama!" Panggilnya lagi. Tetap tidak ada jawaban.
Ternyata papa, mama masih belum pulang ke rumah.
Lisa berjalan menuju garasi mobil untuk memandangi mobil kesayangan
papa. Lisa membuka pintu garasi dan tampaklah mobil cadillac berkilau
milik papa. Lisa berjongkok di depan pintu mobil cadilac papa dan
mengagumi warna hijau metaliknya yang licin dan berkilat.
Lisa dapat menatap pantulan wajahnya di pintu mobil itu. Dia mengaguminya dan mengerti bahwa mobil ini membuat papa bahagia.
"Lisa mau buat papa bahagia!" Kata Lisa sambil berusaha mencari-cari sesuatu untuk menggambari mobil papa.
Lisa menemukan sebuah paku beton yang panjang di dalam kaleng bekas cat
milik papa bersama tumpukan paku-paku lainnya. Hanya itu satu-satunya
benda yang dapat dijangkaunya.
Guru TK Lisa pernah mengajarinya menggambar, oleh karena itu Lisa
menggambari pintu mobil cadilac papa dengan wajah papa dalam bentuk
bulatan besar dan wajah Lisa dalam bentuk bulatan kecil.
"Badan Papa kotak!" Gumam Lisa, "Papa Besar!"
"Badan Lisa segitiga" katanya tertawa.
"Papa dan Lisa gandengan tangan naik mobil jalan-jalan!" Demikianlah
Lisa menggambari cadilac papa dengan gambar khas anak kecil.
Lisa membuang paku itu tepat di depan pintu mobil dan beranjak kembali ke kamar tidurnya.
Tengah malam papa dan mama pulang dalam keadaan lelah dan letih. Sebelum
tidur papa hendak melihat dan mengagumi cadilac hijaunya sebelum
berangkat tidur.
Semua tampak baik-baik saja hingga papa melihat coretan yang amat sangat dalam itu tergoreng di pintu mobilnya hingga cacat.
Tanpa berpikir panjang, papa langsung berlari ke kamar Lisa dalam
keadaan marah besar dan merampas lengan baju Lisa yang tertidur pulas
dan menyeretnya ke garasi serta menjatuhkannya di depan pintu mobil
cadilacnya.
Lisa tampak shock dan ketakutan dengan sifat berang papa malam itu. Dia
tidak pernah melihat papa melakukan tindakan seperti itu sebelumnya.
"Kamu yang coret-coret mobil papa!!!" Bentak papa kasar.
Lisa memandangi pintu mobil papanya dan tersenyum lebar, "Lisa mau jalan-jalan sama papa..."
Sebelum Lisa sempat menyelesaikan perkataannya sebuah potongan kayu
kasar yang dipungut papa di garasi segera menghantam kedua lengannya
dengan keras.
Lisa menjerit kesakitan dan berteriak sekeras-kerasnya, Lisa tidak
berhenti-hentinya minta ampun malam itu. Seakan-akan papa tidak
mendengarkan kata-kata Lisa dan meneruskan pukulannya tanpa ampun ke
lengan Lisa.
Mbak Mira segera berlari dan menrengkuh Lisa ke pelukannya. Kulit Lisa
tersobek-sobek dan berdarah akibat potongan kayu yang kasar dan kotor
yang dipakai papa memukul.
Setelah papa puas melampiaskan rasa marahnya papa membuang kayu itu dan menyuruh mbak Mira memberinya betadine.
Semakin hari papa dan mama semakin sibuk dan semakin hari luka Lisa
tidak kunjung sembuh dan mulai bernanah. Mama hanya mengatakan, "Beri
saja betadine!" saat mbak Lisa minta ke rumah sakit.
Mbak mira tidak bisa berbuat apa-apa, hingga akhirnya Lisa mengalami demam tinggi yang tidak kunjung turun.
Mama dan papa segera membawa Lisa ke rumah sakit. Dokter mengatakan,
"Kedua lengannya harus diamputasi, lengannya sudah membusuk dan bisa
mengakibatkan kematiannya bila tidak segera diamputasi. Saya bisa
menolongnya jika saja luka itu masih baru."
"Aku mendengar mama menangis berteriak-teriak, tetapi aku tidak mengerti
kenapa?" kata Lisa dalam hati yang hanya bisa berbaring di ranjangnya
menahan rasa sakit yang menusuk tulangnya.
Operasi akhirnya berjalan dengan lancar dan Lisa siuman dari efek obat
biusnya. Lisa telah kehilangan kedua lengannya. Dia tidak bisa makan dan
minum sendiri lagi dengan tangannya. Lisa kini sudah tidak bisa lagi
menggambar dan menulis lagi.
"Anda bisa masuk sekarang, pak." kata perawat yang baru saja keluar memeriksa Lisa.
Lisa langsung tampak amat sangat ketakutan ketika melihat papa membuka pintu kamar rumah sakit dan melangkah masuk.
Lisa langsung berteriak dan menangis histeris, "Papa ampun! Papa ampun! Lisa janji tidak nakal lagi!" tangisnya.
"Kembalikan tangan Lisa, papa! Lisa tidak bisa menggambar lagi!"
"Lisa janji tidak gambar di mobil papa lagi."
"Balikin tangan Lisa, papa! Balikin tangan Lisa!" demikian kata-kata itu
terulang terus di bibir Lisa yang hancur hati karena tangannya tidak
akan pernah kembali lagi.
Papa segera berlari pulang dan menangis dengan sedihnya, Hati papa
hancur saat melihat kepedihan dan penderitaan Lisa yang diakibatkan oleh
kebodohannya.
Papa berlari pulang ke rumah malam itu.
Papa mengeluarkan pistol yang disimpannya di laci meja kerjanya dan meletuskannya di kepalanya.
Papa tidak sanggup mengampuni dirinya sendiri, papa terlalu hancur dengan perbuatan yang dilakukannya.
Papa tidak mempunyai kekuatan apapun untuk mengembalikan lengan Lisa.
Lengan Lisa yang akan selalu memeluk tubuhnya saat bermain.
Lengan Lisa yang akan selalu menggandeng tangannya erat-erat saat menyeberang jalan.
Lengan Lisa yang penuh dengan kasih dan penerimaan saat melihat papa pulang ke rumah.
***
Terkadang hal kecil dan sepele sering kali membuat kita meledak dalam
emosi hingga akhirnya kita melakukan kebodohan yang mengakibatkan kita
menyesal pada akhirnya.
Penting sekali bagi kita untuk selalu berusaha mengendalikan diri kita,
emosi kita, perkataan kita sebelum perkataan itu menjadi memuncak hingga
membuahkan tindakan yang mengakibatkan kita menyesal seumur hidup.
Hidup ini hanya sekali saja, kasihilah orang-orang yang dekat di hati anda sebelum mereka pergi untuk selamanya.
Memulai pertengkaran adalah seperti membuka jalan air, jadi undurlah sebelum perbantahan mulai.
Semoga Tuhan Memberkati Hari dan Hati Anda dengan Damai Sejahtera dan Kasih...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar