Minggu, 27 Oktober 2013

Soal Razia Topeng Monyet, Ini Komentar Dokter dan Ahli Primata




Saat ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sedang gencar melakukan razia topeng monyet. Tindakan ini mendapatkan berbagai macam komentar, baik yang pro maupun kontra dari masyarakat. Lantas bagaimana komentar dokter dan ahli primata dalam menanggapi kebijakan pemerintah tersebut?

"Saya mendukung kebijakan tersebut. Usaha topeng monyet ini kan sebenarnya eksploitasi, monyet disuruh atraksi," ujar Dr drh Joko Pamungkas, MSc, Kepala Pusat Studi Satwa Primata LPPM IPB, saat dihubungi detikHealthdan ditulis pada Senin (28/10/2013).

Menurut Dr Joko, ada 2 hal yang perlu diperhatikan mengapa razia topeng monyet ini sangat baik. Pertama, jika dilihat dari sisi kesehatan hewan, mengeksploitasi hewan merupakan tindakan yang melanggar kesejahteraan hewan itu sendiri, dalam hal ini pada monyet ekor panjang, yang sering digunakan untuk atraksi topeng monyet. 

Kedua, jika dilihat dari sisi kesehatan masyarakat, atraksi topeng monyet ini juga memiliki beberapa hal yang potensial berbahaya bagi manusia. Dengan pertimbangan tersebut, saat ini pun Dr Joko dan tim sedang melakukan survei terkait penyakit apa saja yang berpotensi berbahaya tersebut.

"Selain itu, kebijakan ini sangat baik dan positif karena pemerintah tak hanya sekadar meniadakan topeng monyet, tapi juga mengalihkan para pemiliknya ke bidang usaha lain. Ini kan berati satu langkah yang baik. Mudah-mudahan bisa disambut positif juga dengan pemilik topeng monyet tersebut," ungkap Dr Joko.

Sependapat dengan Dr Joko, Dr Emil Agustiono, MKes, Sekretaris Komnas Pengendalian Zoonosis, juga mengungkapkan kepada detikHealth bahwa dirinya mendukung penuh kebijakan yang dibuat dan kini sedang dilaksanakan oleh Pemprov DKI Jakarta. Mengapa?

"Saya sangat mendukung, kasihan monyetnya. Kebijakan ini sangat bagus. Kalau bisa malah pasar unggas atau pasar hewan yang jual binatang seperti biawak dan binatang lain juga bisa dihilangkan. Karena kan bisa menulari penjual dan pembelinya, tidak ketahuan mana yang sakit," tegas Dr Emil.

sumber : detikhealth 
Read More >>